SUMPAH
PEMUDA
Sumpah
Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan
cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang
dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua
yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).
Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia",
"bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini
juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan
Indonesia" dan agar "disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan
di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".
Berikut
ini adalah bunyi "Sumpah Pemuda" sebagaimana tercantum pada prasasti
di dinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.
Pertama:
Kami poetra dan poetri
Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri
Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri
Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Seminar
sumpah pemuda yang saya ikuti pada hari selasa, 28 oktober 2014 yang
bertempatkan di kampus D Universitas Gunadarma telah mengupas habis sejarah
para pemuda dimasa kemerdekaan. Para pemuda yang gigih dan rela bertumpah darah
hanya untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah kita rasakan kini. Para
pemuda yang menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia",
"bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia" menggugah
semangat para pemuda pejuang kemerdekaan untuk menjunjung tinggi tanah air nya,
bangsa nya dan tumpah darah nya.
Dalam
seminar ini juga membahas tentang jurnal perempuan, kebetulan saya mendapat
buku jurnal perempuan yang berjudul, “Catatan Perjuangan Politik Perempuan”.
Dimana segala sesuatu yang diperoleh perempuan hapir tidak ada yang gratis.
Apalagi ketika perempuan menuntut posisi di dalam bidang politik dan
pengambilan keputusan, betapa mahal dan sulit perjuangan untuk meraihnya. Jatah
posisi yang diberikan kepada perempuan sangat sedikit, itupun disertai dengan
tuduhan bahwa perempuan minta jatah, emansipasiny kebablasan, atau perempuan
belum punya kemampuan untuk memimpin dan sejumlah keraguan lain. Padahal sudah
menjadi kewajiban bagi dunia untuk memberikan posisi politik kepada perempuan
sebagai pembayaran hutang peradaban pada perempuan.
Edisi
jurnal perempuan kali ini berusaha merangkum kisah-kisah perjuangan politik
perempuan, baik ketika perempuan berusaha menempatkan posisinya dalam
pembentukan Indonesia sebagai sebuah nation, dan terutama pada masa setelah
reformasi ketika perempuan mulai mendapatkan kembali ruang untuk memperjuangkan
haknya. Ada proses perjuangan kuota 30%, peran politik perempuan yang sydah ada
di dalam parlemen dan eksekutif, cerita advokasi gerakan perempuan paksa
reformasi sampai bagaimana keputusan MK mengganjal hasil perejuangan yang sudah
dicapai oleh perempuan. Edisi kali ini dapat dibilang sebagai salah satu
catatan paling awal yang dibuat untuk merangkum proses yang dilalui oleh
gerakan perempuan dalam bidang politik setelah Pemilu 2009.
Referensi :
Buku Jurnal Perempuan yang
berjudul, “Catatan Perjuangan Politik Perempuan”. http://www.jurnalperempuan.com
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus