Selasa, 18 November 2014

Seminar Sumpah Pemuda

SUMPAH PEMUDA

Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".
Berikut ini adalah bunyi "Sumpah Pemuda" sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.

Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.






Seminar sumpah pemuda yang saya ikuti pada hari selasa, 28 oktober 2014 yang bertempatkan di kampus D Universitas Gunadarma telah mengupas habis sejarah para pemuda dimasa kemerdekaan. Para pemuda yang gigih dan rela bertumpah darah hanya untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah kita rasakan kini. Para pemuda yang menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia" menggugah semangat para pemuda pejuang kemerdekaan untuk menjunjung tinggi tanah air nya, bangsa nya dan tumpah darah nya.
Dalam seminar ini juga membahas tentang jurnal perempuan, kebetulan saya mendapat buku jurnal perempuan yang berjudul, “Catatan Perjuangan Politik Perempuan”. Dimana segala sesuatu yang diperoleh perempuan hapir tidak ada yang gratis. Apalagi ketika perempuan menuntut posisi di dalam bidang politik dan pengambilan keputusan, betapa mahal dan sulit perjuangan untuk meraihnya. Jatah posisi yang diberikan kepada perempuan sangat sedikit, itupun disertai dengan tuduhan bahwa perempuan minta jatah, emansipasiny kebablasan, atau perempuan belum punya kemampuan untuk memimpin dan sejumlah keraguan lain. Padahal sudah menjadi kewajiban bagi dunia untuk memberikan posisi politik kepada perempuan sebagai pembayaran hutang peradaban pada perempuan.
Edisi jurnal perempuan kali ini berusaha merangkum kisah-kisah perjuangan politik perempuan, baik ketika perempuan berusaha menempatkan posisinya dalam pembentukan Indonesia sebagai sebuah nation, dan terutama pada masa setelah reformasi ketika perempuan mulai mendapatkan kembali ruang untuk memperjuangkan haknya. Ada proses perjuangan kuota 30%, peran politik perempuan yang sydah ada di dalam parlemen dan eksekutif, cerita advokasi gerakan perempuan paksa reformasi sampai bagaimana keputusan MK mengganjal hasil perejuangan yang sudah dicapai oleh perempuan. Edisi kali ini dapat dibilang sebagai salah satu catatan paling awal yang dibuat untuk merangkum proses yang dilalui oleh gerakan perempuan dalam bidang politik setelah Pemilu 2009.

Referensi :
Buku Jurnal Perempuan yang berjudul, “Catatan Perjuangan Politik Perempuan”. http://www.jurnalperempuan.com


1 komentar: