Kamis, 20 November 2014

Kemiskinan dan Keterbelakangan


Kependudukan di Indonesia dengan sub topik :
Kemiskinan dan Keterbelakangan


Gambar 1.1 suatu keluarga mengalami keterbelakangan mental

Suatu keluarga di Ponorogo Jawa Timur mengalami keterbelakangan mental. Selama ini mereka tidak pernah tersentuh oleh bantuan.
“Lereng Gunung Lumbang, desa Sumber Rejo, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo terdapat sebuah keluarga yang 5 orang diantaranya mengalami keterbelakangan mental atau idiot.  Sumi dan Painah menjadi tulang punggung keluarga ini. Tiap harinya Sumi merumput dipematang sawah, janda berumur 42 tahun itu mengumpulkan rumput untuk pakan ternak milik tetangga yang dipeliharanya, sementara Painah bertani atau mencari kayu bakar. Warga yang perihatin melihat keluarga ini hanya bisa membantu ala kadarnya, termasuk memberi bantuan kambing yang dipelihara didepan rumah mereka. Ironisnya keluarga ini belum pernah dan luput dari perhatian pemerintah daerah maupun pusat. Mereka tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah.” Ungkap Dirgo Suryo redaksi liputan 6 pagi melaporkan dari Ponorogo, Jawa Timur.

     Terjadinya kekurangan gizi atau gizi buruk adalah karena faktor kemiskinan yang kian marak menyebar luas di setiap plosok Bangsa ini. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.


Gambar 1.2 anak-anak yang mengalami gizi buruk

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.

Seharusnya pemerintah dapat bertindak cepat dalam menangani permasalahan ini, mungkin dengan membuka lapangan kerja baru sehingga tinggkat pengangguran dapat berkurang dan kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat terangkat sedikit demi sedikit agar tidak terjadi kesenjangan social semakin drastis.

Referensi :

1 komentar: